Disaat
matahari belum terlalu tinggi, Nurhikmah seorang gadis SMA sedang bersiap-siap
untuk pergi ke sekolah untuk menunaikan kewajibannya sebagai pelajar. Aku pergi
ke sekolah dengan jalan kaki, karena sekolahnya tidak terlalu jauh dari rumah
hanya ± 2 km.
saat
perjalanan menuju sekolah seperti biasa aku ditemani teman dekat yang satu
sekolah denganku.
“Hai, Imah wajah kamu suntuk amat, lagi ada masalah?” tanyanya sambil menepuk
pundakku.
“Oh, ga kok, ga ada apa-apa saya lagi bête aja habis banyak pr sih, jadinya saya
pusing deh?” jawabku menarik tangan Pitri untuk cepat jalan agar tidak
terlambat.
“Imah, seperti biasa saya liat pr kamu ya!” sambil menyenggol tanganku .
“Kamu kebiasaan, emang semalem kamu ngapain sih, ya udah deh!” bentakku.
Sesampai
disekolah, seperti biasa Pitri mengambil tasku dan mengobrak-abrik isi tasku untuk
mengambil pr-ku. Walaupun kelakuan temanku sangat menyebalkan tetapi dia adalah
sahabat terbaikku dari SD yang setia
mendengarkan curhatku. Hari- hariku berjalan seperti biasa memperhatikan,
mendengarkan, menulis dan mengerjakan apa yang disuruh guru.
Bel terakhir sekolahpun berbunyi, saat itulah yang dinantikan para siswa –
siswi agar cepat pulang karena sangat bosan megikuti pelajaran. Akupun pulang
dengan hati gembira karena besok adalah hari libur, seperti biasa aku pulang
dengan Pitri dan beberapa teman lain.
Dipersimpangan jalan kami pun berpisah dengan teman kami lainnya. Dan sekarang
kami berjalan hanya berdua aku dan sahabatku.
“Imah, besok aku kerumah kamu ya.? Aku bête banget dirumah” tanyanya.
“Ya udah main aja, saya juga kesepian dirumah!” jawabku sambil membuka pagar
rumahku.
“Ok. deh!” teriaknya sambil pergi meninggalkan halaman rumahku.
Keesokan hari seperti biasanya, saat liburan kerjaanku hanya tidur, makan,
nonton tv, main, dengarkan music, atau membaca novel terkadang aku sangat bosan
tapi mau bagaimana lagi.
Tiba-tiba
terdengar suara bel rumahku berbunyi dan ternyata itu Pitri yang memakai celana
jins berwarna hitam dengan kaos berwarna biru.
“Imah, lagi kenapa kamu, suntuk amat muka kamu, mau aku tebarkan keceriaan saya
ke kamu ga ?” jawabnya sambil berjalan menuju tangga rumahku. “Mang bisa,
okelah boleh dicoba” sahutku dengan nada pelan.
Saat dikamar, kami pun bercanda dan ternyata keceriaan Pitri akhirnya tertular
juga pada diriku, tetapi keceriaan itu hanya berlangsung sebentar, tiba- tiba Pitri
melontarkan kalimat yang membuatku terkejut.
“Imah, saya boleh nanya ga, tapi kamu jangan marah ama aku!” tanyanya dengan
nada pelan.
“Mang nanya apa, tumben kamu ngomong serius ama sama saya, ok saya tidak akan
marah kok!” dengan wajah terkejut.
“Sebenarnya kamu udah pernah pacaran belum, apa kamu udah punya cowok sekarang
?” tanyanya dengan alis naik sebelah.
“Oh itu, aku belum pernah pacaran kan dalam islam ga boleh pacaran, tapi kalo
sekali ga papalah, lagian kamu ngapain nanya kaya gitu, udah jangan omongin itu
lagi, ok!” jawabku dengan suara ketus.